LONDON - Ini adalah luka mengejutkan yang diderita siswi bernama Sureyya Ozkaya selama serangan siang hari yang brutal dekat rumahnya di Thornton Heath.
Rambut gadis berusia 14 tahun ini dibakar dan tangan dan kakinya dilukai dengan kaca selama serangan di Grangewood Park, sebelum penyerangnya memukulkan kepala gadis itu ke pohon dan membiarkannya berdarah.
Sureyya yang merupakan siswa tahun pertama di Selsdon High School itu ditemukan oleh sedang berjalan-jalan dalam perjalanan pulang ke rumah dekat Kitchener Road mengikuti serangan itu, sekitar pukul 7:30 petang tanggal 9 Juni.
Mehmet Ozkaya, ayah anak tersebut, menyatakan siswa yang sama menyerang anak perempuannya tiga kali sebelum kejadian ini.
Dia juga menyatakan, Sureyya, telah menjadi target rasisme beberapa orang Inggris. Sang ayah membenarkan bahwa kelompok siswa yang menyerang anaknya itu mengatakan, "Kami mengeluarkanmu dari sekolah ini, kami tidak menginginkanmu di wilayah ini."
Mehmet Ozkaya mengartikan tindakan ini sebagai tindakan rasis nyata dan mengatakan bahwa anak perempuannya menjadi korban penghinaan karena mereka adalah Muslim.
Ibu Sureyya, Pemdegul Kale, 39 tahun, mengatakan ada tiga orang gadis yang mengejek anak perempuannya karena kepercayaannya sebagai Muslim, sebelum membakar rambut gadis itu dengan korek api dan mencuri pelatihnya.
Kale mengatakan: "Anak saya sangat ketakutan. Dia tidak mau tinggal di rumah - dia tinggal di rumah saudara sekarang dan terbangun dengan menangis."
"Dia datang kemari dan tinggal selama satu jam, tapi hanya sampai ke pintu depan sebelum dia ingin pergi lagi. Saya merindukannya dan saya ingin dia pulang."
Pihak keluarga mengkritik respon polisi terhadap serangan tersebut, mengeluhkan mereka harus mengumpulkan sendiri potongan rambut dari kepala Sureyya beberapa hari setelah insiden tersebut.
Kale mengatakan: "Kami melakukan pekerjaan polisi untuk mereka. Kami mendapat panggilan telepon 24 jam setelah hal itu terjadi yang mengatakan mereka sedang mengambil pernyataan dari seseorang tanggal 22 Juli."
"Terlalu lama. Saya ingin hal ini diselesaikan dan segera berakhir."
Seorang gadis berusia 14 tahun dan 18 tahun ditahan sehubungan dengan serangan tersebut dan dijamin kembali ke selatan kantor polisi London tanggal 22 Juli.
Serangan terhadap Muslim lainnya juga terjadi di wilayah lain di Inggris. Berawal dari ijin untuk melakukan sholat di sekolah, seorang gadis separuh Irak, melalui orang tuanya, meminta guru kepala di Nottingham's Manning School for Girls sebuah ruangan yang bisa digunakan untuk sholat selama istirahat makan siang mereka.
Tapi ada jeda beberapa hari antara permintaan itu dan kapan ruangan bisa dipakai.
Jadi Yasameen dan Sundus, serta beberapa siswa Muslim lainnya, memutuskan untuk melakukan sholat di area bermain.
Hari pertama berlangsung aman tanpa masalah - anak-anak itu sholat dalam bahasa Arab dan setelah itu kembali ke kelas mereka.
Tapi pada kesempatan kedua sekelompok siswa itu diganggu oleh beberapa anak perempuan di sekolah itu.
Dr Sanaa Al-Ameen, ayah Yasameen dan Sundus, mengatakan: "Anak-anak yang diserang itu tidak bisa berbahasa Inggris dengan cukup baik dan dia pikir dia telah melakukan kejahatan karena sholat. Dia sangat bingung."
"Anak perempuan saya melindungi anak itu dan pergi melaporkan permasalahan itu ke guru kepala."
Dia juga mengatakan anak perempuan tertuanya adalah salah satu dari sejumlah anak perempuan Muslim lainnya yang biasa diganggu karena agama mereka. Dia pernah ditampar dan disumpahi, ujarnya.
"Seseorang menyebutnya pelaku bom bunuh diri Irak dan geng delapan anak perempuan mengatakan ayah anak itu adalah Saddam Hussein," ujar pria berkebangsaan Irak, yang pindah ke Inggris 30 tahun lalu.
Sekolah mengatakan mereka akan menyelesaikan insiden bahasa rasis ini sejalan dengan prosedurnya tapi Al-Ameen meraka mereka bisa melakukan lebih.
Dia mengatakan: "Tekanannya diberikan pada Muslim. Kami merasakannya pada peristiwa 9/11. Sekarang 7/7 malah lebih parah." (raz/cg/tw/bbc) www.suaramedia.com
Dia juga menyatakan, Sureyya, telah menjadi target rasisme beberapa orang Inggris. Sang ayah membenarkan bahwa kelompok siswa yang menyerang anaknya itu mengatakan, "Kami mengeluarkanmu dari sekolah ini, kami tidak menginginkanmu di wilayah ini."
Mehmet Ozkaya mengartikan tindakan ini sebagai tindakan rasis nyata dan mengatakan bahwa anak perempuannya menjadi korban penghinaan karena mereka adalah Muslim.
Ibu Sureyya, Pemdegul Kale, 39 tahun, mengatakan ada tiga orang gadis yang mengejek anak perempuannya karena kepercayaannya sebagai Muslim, sebelum membakar rambut gadis itu dengan korek api dan mencuri pelatihnya.
Kale mengatakan: "Anak saya sangat ketakutan. Dia tidak mau tinggal di rumah - dia tinggal di rumah saudara sekarang dan terbangun dengan menangis."
"Dia datang kemari dan tinggal selama satu jam, tapi hanya sampai ke pintu depan sebelum dia ingin pergi lagi. Saya merindukannya dan saya ingin dia pulang."
Pihak keluarga mengkritik respon polisi terhadap serangan tersebut, mengeluhkan mereka harus mengumpulkan sendiri potongan rambut dari kepala Sureyya beberapa hari setelah insiden tersebut.
Kale mengatakan: "Kami melakukan pekerjaan polisi untuk mereka. Kami mendapat panggilan telepon 24 jam setelah hal itu terjadi yang mengatakan mereka sedang mengambil pernyataan dari seseorang tanggal 22 Juli."
"Terlalu lama. Saya ingin hal ini diselesaikan dan segera berakhir."
Seorang gadis berusia 14 tahun dan 18 tahun ditahan sehubungan dengan serangan tersebut dan dijamin kembali ke selatan kantor polisi London tanggal 22 Juli.
Serangan terhadap Muslim lainnya juga terjadi di wilayah lain di Inggris. Berawal dari ijin untuk melakukan sholat di sekolah, seorang gadis separuh Irak, melalui orang tuanya, meminta guru kepala di Nottingham's Manning School for Girls sebuah ruangan yang bisa digunakan untuk sholat selama istirahat makan siang mereka.
Tapi ada jeda beberapa hari antara permintaan itu dan kapan ruangan bisa dipakai.
Jadi Yasameen dan Sundus, serta beberapa siswa Muslim lainnya, memutuskan untuk melakukan sholat di area bermain.
Hari pertama berlangsung aman tanpa masalah - anak-anak itu sholat dalam bahasa Arab dan setelah itu kembali ke kelas mereka.
Tapi pada kesempatan kedua sekelompok siswa itu diganggu oleh beberapa anak perempuan di sekolah itu.
Dr Sanaa Al-Ameen, ayah Yasameen dan Sundus, mengatakan: "Anak-anak yang diserang itu tidak bisa berbahasa Inggris dengan cukup baik dan dia pikir dia telah melakukan kejahatan karena sholat. Dia sangat bingung."
"Anak perempuan saya melindungi anak itu dan pergi melaporkan permasalahan itu ke guru kepala."
Dia juga mengatakan anak perempuan tertuanya adalah salah satu dari sejumlah anak perempuan Muslim lainnya yang biasa diganggu karena agama mereka. Dia pernah ditampar dan disumpahi, ujarnya.
"Seseorang menyebutnya pelaku bom bunuh diri Irak dan geng delapan anak perempuan mengatakan ayah anak itu adalah Saddam Hussein," ujar pria berkebangsaan Irak, yang pindah ke Inggris 30 tahun lalu.
Sekolah mengatakan mereka akan menyelesaikan insiden bahasa rasis ini sejalan dengan prosedurnya tapi Al-Ameen meraka mereka bisa melakukan lebih.
Dia mengatakan: "Tekanannya diberikan pada Muslim. Kami merasakannya pada peristiwa 9/11. Sekarang 7/7 malah lebih parah." (raz/cg/tw/bbc) www.suaramedia.com