AMSTERDAM (Berita SuaraMedia) – Organisasi wanita Muslim Al Nisa meluncurkan kampanye “Benar-benar Belanda”.
Juru bicara Al Nisa mengatakan organisasinya menggunakan poster humor untuk melawan prasangka tentang wanita Muslim. Dan pada saat yang sama memberikan debat sosial tentang wajah Islam.
Satu dari empat poster memperlihatkan seorang wanita Muslim berjilbab yang sedang makan ikan herring. “Saya suka ikannya mentah,” bunyi posternya. Ikan herring mentah adalah makanan tradisional Belanda.
Pimpinan Al Nisa, Leyla Cakir, menjelaskan, “Kami ingin menegaskan, dengan cara humor, bahwa kami adalah Muslim tapi kami juga orang Belanda. Dan kami ingin mendobrak prasangka negatif tentang wanita Muslim. Bahwa kami tertindas, bahwa kami menghabiskan seluruh waktu kami di dalam rumah. Bahwa kami tidak memiliki suara. “Kami adalah orang Belanda sekaligus Muslim, jadi terkadang kami suka makan herring atau sepotong keju.”
Al Nisa adalah organisasi wanita Muslim rural yang didirikan tahun 1982. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan informasi mengenai Islam yang mungkin terisolasi dari latar belakang budaya atau agama tertentu. Tahun 2002 dibentuk tujuan kedua yaitu mendorong wanita Muslim untuk belajar dalam Islam, posisi wanita dalam Islam, dan posisi wanita Muslim dalam masyarakat Belanda.
Al Nisa saat ini adalah organisasi wanita Muslim nasional independen tertua di Belanda yang berurusan dengan tema wanita dan Islam. Al Nisa memiliki pengalaman selama 27 tahun mengorganisir kegiatan emansipasipatoris wanita Muslim dan mendorong mereka untuk sadar akan posisi mereka di Belanda dan di dalam komunitas Muslim Belanda.
Banyak kaum wanita yang memerlukan informasi tentang Islam. Al Nisa menyediakan dalam berbagai cara tentang Islam. Ini dilakukan terutama melalui ceramah dalam pertemuan-pertemuan dan melalui majalah. Kolaborator Al Nisa juga memberikan ceramah atau lokakarya untuk organisasi eksternal.
Al Nisa membantu kaum wanita dalam proses orientasi ke Islam. Organisasi ini juga mendukung pentingnya sikap proaktif oleh kaum Muslim di dalam masyarakat.
Poin utama Al Nisa adalah “tidak ada paksaan dalam agama” (Q.S. Al Baqarah, 2:256). Organisasi ini menganjurkan kebebasan dan keragaman sebagai pusat kegiatannya. Al Nisa mendorong kaum wanita untuk menemukan jalan mereka sendiri karena setiap orang berbeda. Al Nisa mengakui perbedaan pendapat dan persepsi dan juga ingin menekankan hasil yang positif.
Al Nisa selalu menjaga independensinya. Mereka tidak menerima subsidi atau dana struktural dari dalam maupun luar negeri. Independensi ini juga tercermin dalam cara Al Nisa bekerjasama dengan organisasi Islam, relijius, filosofis, atau sosial lainnya.
Menurut data tahun 2006, Belanda menjadi rumah bagi 850,000 Muslim, termasuk 320,000 keturunan Turki dan 280,000 Maroko. Kebanyakan dari mereka tinggal di empat kota besar di negara itu, Amsterdam, Rotterdam, Den Haag, dan Utrecht. Mereka terkonsentrasi di lingkungan berpendapatan rendah dengan kualitas pemukiman yang buruk, tingkat pengangguran tinggi, dan tingkat kejahatan yang juga tinggi. (rin/ie/wp/an) www.suaramedia.com