Barangkali para istri muslimah terpesona dengan tema ini, sebab ini bukan perkara yang aneh. Mereka semua pasti setuju. Ya, memang benar bahwa bersoleknya seorang istri untuk suaminya adalah merupakan proses ibadah yang bernilai pahala. Istri yang muslimah diseru untuk selalu memperhatikan kecantikan, keindahan, dan kemolekannya, meski usia pernikahannya telah melewati puluhan tahun lamanya.
Ini mengingat, meskipun suaminya sudah tua, dia tetap akan merasakan kedamaian dari kata-kata manis sang istri. Dia senantiasa menikmati pemandangan indah istrinya. Dengan demikian, minimal sang istri bisa menjaga suaminya, untuk tidak melirik wanita lain.
Sebagian muslimah yang sudah beristri terkadang menganggap bahwa berdandan merupakan hak para model, artis, penyiar televisi, dan wanita-wanita yang tidak agamis lainnya. Pandangan tersebut jelas sangat keliru dan tertolak kebenarannya. Sebab, bersolek dan berdandan merupakan faktor terpenting untuk memantapkan cinta dan menaklukkan hati suami. Selain itu, berdandan juga bisa diakses untuk merekonstruksi kokohnya bangunan rumah tangga suami-istri.
Dalam bukunya Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, Shabah Sa’id menegaskan, di antara kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh para istri adalah mengabaikan aktivitas berdandan dan berhias, serta tidak menampakkan sisi femininnya kepada suaminya. Penampilan apa adanya sang istri di hadapan suaminya, atau bahkan mengabaikan penampilan dirinya, merupakan faktor potensial yang dapat merusak kehidupan rumah tangga.
Shabah Sa’id melanjutkan, yang lebih menakjubkan lagi tentunya jika kita melihat sebagian muslimah mengabaikan atau menganggap remeh dandanan mereka di hadapan suaminya. Sangat ironis jika kita menyaksikan para muslimah tampil seadanya di hadapan suami mereka, dan aroma dapur atau bau masakan tercium dari mulut dan badan mereka, namun di luar rumah kita bisa mencium aroma wangi semerbak dari mulut dan pakaian mereka.
Islam benar-benar mendorong kaum muslimah agar merawat kecantikan dan kelembutannya. Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, “Maukah kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang? Dia adalah wanita shalihah, yaitu jika suami memandangnya, dia menyenangkannya.”
Dari hadits Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah bersabda ”Sebaik-baik istri ialah istri yang menyenangkan kamu bila engkau memandang (nya), dan taat kepadamu bila engkau menyuruh (nya), serta menjaga dirinya dan harta bendamu di waktu engkau tidak berada bersamanya.”
Oleh karena itu, berdandan untuk suami merupakan bagian dari ibadah. Sehingga istri kelak akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah di akhirat kelak. Selain itu, dia akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya bersama suaminya.
Betapa tidak, barangsiapa yang menemui istrinya, lalu dia mendapati istrinya dalam keadaan cantik dan menarik, itu berarti sang istri telah menyenangkan suaminya. Pun demikian, dia harus bisa menarik hati suami dengan segenap kecantikan dan sikap manjanya.
Berhias atau berdandan adalah sifat fitrah seorang wanita, di mana secara naluri para wanita umumnya punya kecenderungan untuk tampil cantik dan menarik. Ini barangkali berhubungan dengan jiwa wanita yang suka pada keindahan dan kebersihan ketimbang laki-laki. Naluri ini adalah karunia Allah yang harus disyukuri.
Dalam pelaksanaannya, naluri untuk tampil cantik dan berhias ini telah Allah berikan petunjuk-Nya, sehingga tidak salah jalan yang hanya akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan bagi pelakunya.
Ini mirip dengan naluri untuk makan yang merupakan karunia yang harus disyukuri. Namun naluri itu perlu dibuatkan koridornya agar tidak mencelakakan diri sendiri. Misalnya Allah melarang untuk memakan makanan yang merusak diri sendiri dan juga yang menghilangkan akal pikiran. Semua itu diberlakukan agar nikmat ini terjaga dan berfaedah, bukan merusak dan menghancurkan sang hamba.
1. Kepada suami
Istri wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan melahirkan pahala yang besar dari Allah.
2. Kepada laki-laki yang mahram dan sesama wanita muslimah
Seorang wanita boleh menampakkan sebagian tubuhhya seperti kepala, leher, tangan, kaki dan bagian lain yang memang dibolehkan secara syar‘i di depan keluarganya yang masih mahram. Namun tidak boleh menampakkan bagian seperti aurat-aurat ‘besar’ dan lainnya. Berdandan di depan mereka pun tidak menjadi masalah asal masih dalam batas yang wajar dan tidak vulgar.
3. Tidak berdandan untuk laki-laki non-mahram dan wanita kafir
Keduanya punya kedudukan yang sama yaitu diharamkan menampakkan bagian tubuh dan berhias di depan mereka. Apalagi melenggak-lenggokkan tubuh untuk menarik syahwat laki-laki asing atau non-mahram.
Selain itu, Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam berhias sampai pada tahapan menjurus pengubahan ciptaan Allah yang oleh Al-Qur‘an dinilai bahwa mengubah ciptaan Allah adalah ajakan setan kepada pengikut-pengikutnya. Pasalnya, setan akan berkata, “Sungguh akan kami pengaruhi mereka itu, sehingga mereka mau mengubah ciptaan Allah.” (An-Nisa’ 119)
Berdandan tidak harus dengan memakai make up dan perhiasan yang mahal. Rajin membersihkan diri dengan mandi, bersiwak, memakai parfum dan berpakaian rapi dan serasi, sudah termasuk bagian dari berdandan.
Demikian pula menyisir rambut, mencabuti bulu ketiak dan memotong rambut kemaluan, juga termasuk berdandan. Jika suka dan memang punya, bolehlah memoleskan sedikit bedak ke wajah, dan lipstik tipis di bibirmu. Itu akan menambah cantik penampilan. Kalau ada, tak ada salahnya pula memakai perhiasan, atau berpakaian menarik di hadapan suami. Tentu, semua itu harus diikuti dengan keindahan akhlakmu.
Berpakaian model apapun yang diinginkan dan disenangi suami, maka itu dibolehkan dalam syariat Islam, karena tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah, bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika istri tidak dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya sampai jatuh dalam kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di luar rumah) maka berarti si istri turut berperan membantu suaminya bermaksiat kepada Allah.
Benar, bahwa dunia ini hanya sekedar jembatan, dan tujuan hidup seorang mukmin tidak hanya untuk melahap kenikmatan. tetapi menikmati yang mubah juga dianjurkan, sebagaimana melakukan yang haram juga dilarang. Maka telah disebutkan di dalam hadits, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Di dalam diri di antara kalian terdapat sedekah.” (HR. Muslim).
Maka ‘bersedekahlah’ kepada para suami dengan berdandan semenarik mungkin, demi keridhaan Allah dan pahala-Nya. [ganna pryadha/berbagai sumber/voa-islam.com]
Shabah Sa’id melanjutkan, yang lebih menakjubkan lagi tentunya jika kita melihat sebagian muslimah mengabaikan atau menganggap remeh dandanan mereka di hadapan suaminya. Sangat ironis jika kita menyaksikan para muslimah tampil seadanya di hadapan suami mereka, dan aroma dapur atau bau masakan tercium dari mulut dan badan mereka, namun di luar rumah kita bisa mencium aroma wangi semerbak dari mulut dan pakaian mereka.
Islam benar-benar mendorong kaum muslimah agar merawat kecantikan dan kelembutannya. Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, “Maukah kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang? Dia adalah wanita shalihah, yaitu jika suami memandangnya, dia menyenangkannya.”
Dari hadits Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah bersabda ”Sebaik-baik istri ialah istri yang menyenangkan kamu bila engkau memandang (nya), dan taat kepadamu bila engkau menyuruh (nya), serta menjaga dirinya dan harta bendamu di waktu engkau tidak berada bersamanya.”
Oleh karena itu, berdandan untuk suami merupakan bagian dari ibadah. Sehingga istri kelak akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah di akhirat kelak. Selain itu, dia akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya bersama suaminya.
Betapa tidak, barangsiapa yang menemui istrinya, lalu dia mendapati istrinya dalam keadaan cantik dan menarik, itu berarti sang istri telah menyenangkan suaminya. Pun demikian, dia harus bisa menarik hati suami dengan segenap kecantikan dan sikap manjanya.
Berhias atau berdandan adalah sifat fitrah seorang wanita, di mana secara naluri para wanita umumnya punya kecenderungan untuk tampil cantik dan menarik. Ini barangkali berhubungan dengan jiwa wanita yang suka pada keindahan dan kebersihan ketimbang laki-laki. Naluri ini adalah karunia Allah yang harus disyukuri.
Dalam pelaksanaannya, naluri untuk tampil cantik dan berhias ini telah Allah berikan petunjuk-Nya, sehingga tidak salah jalan yang hanya akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan bagi pelakunya.
Ini mirip dengan naluri untuk makan yang merupakan karunia yang harus disyukuri. Namun naluri itu perlu dibuatkan koridornya agar tidak mencelakakan diri sendiri. Misalnya Allah melarang untuk memakan makanan yang merusak diri sendiri dan juga yang menghilangkan akal pikiran. Semua itu diberlakukan agar nikmat ini terjaga dan berfaedah, bukan merusak dan menghancurkan sang hamba.
Dalam persoalan berhias, maka batasan yang Allah tetapkan adalah:
1. Kepada suami
Istri wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan melahirkan pahala yang besar dari Allah.
2. Kepada laki-laki yang mahram dan sesama wanita muslimah
Seorang wanita boleh menampakkan sebagian tubuhhya seperti kepala, leher, tangan, kaki dan bagian lain yang memang dibolehkan secara syar‘i di depan keluarganya yang masih mahram. Namun tidak boleh menampakkan bagian seperti aurat-aurat ‘besar’ dan lainnya. Berdandan di depan mereka pun tidak menjadi masalah asal masih dalam batas yang wajar dan tidak vulgar.
3. Tidak berdandan untuk laki-laki non-mahram dan wanita kafir
Keduanya punya kedudukan yang sama yaitu diharamkan menampakkan bagian tubuh dan berhias di depan mereka. Apalagi melenggak-lenggokkan tubuh untuk menarik syahwat laki-laki asing atau non-mahram.
Selain itu, Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam berhias sampai pada tahapan menjurus pengubahan ciptaan Allah yang oleh Al-Qur‘an dinilai bahwa mengubah ciptaan Allah adalah ajakan setan kepada pengikut-pengikutnya. Pasalnya, setan akan berkata, “Sungguh akan kami pengaruhi mereka itu, sehingga mereka mau mengubah ciptaan Allah.” (An-Nisa’ 119)
Berdandan tidak harus dengan memakai make up dan perhiasan yang mahal. Rajin membersihkan diri dengan mandi, bersiwak, memakai parfum dan berpakaian rapi dan serasi, sudah termasuk bagian dari berdandan.
Demikian pula menyisir rambut, mencabuti bulu ketiak dan memotong rambut kemaluan, juga termasuk berdandan. Jika suka dan memang punya, bolehlah memoleskan sedikit bedak ke wajah, dan lipstik tipis di bibirmu. Itu akan menambah cantik penampilan. Kalau ada, tak ada salahnya pula memakai perhiasan, atau berpakaian menarik di hadapan suami. Tentu, semua itu harus diikuti dengan keindahan akhlakmu.
Berpakaian model apapun yang diinginkan dan disenangi suami, maka itu dibolehkan dalam syariat Islam, karena tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah, bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika istri tidak dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya sampai jatuh dalam kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di luar rumah) maka berarti si istri turut berperan membantu suaminya bermaksiat kepada Allah.
Benar, bahwa dunia ini hanya sekedar jembatan, dan tujuan hidup seorang mukmin tidak hanya untuk melahap kenikmatan. tetapi menikmati yang mubah juga dianjurkan, sebagaimana melakukan yang haram juga dilarang. Maka telah disebutkan di dalam hadits, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Di dalam diri di antara kalian terdapat sedekah.” (HR. Muslim).
Maka ‘bersedekahlah’ kepada para suami dengan berdandan semenarik mungkin, demi keridhaan Allah dan pahala-Nya. [ganna pryadha/berbagai sumber/voa-islam.com]