Aisyah Baraja (istri ustadz Abu Bakar Ba'asyir) dan ibu Muslikhah (istri ustadz Wahyudin) yang turut dibawa ke kantor polisi di Banjar pada saat penangkapan ustadz Abu Bakar Ba'asyir bersama tujuh pria lainnya saat ini sudah tiba di rumah, di dalam komplek ponpes Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo.
Kepada MuslimDaily keduanya menceritakan kronologis penangkapan, perlakuan Densus 88 terhadap ustadz Abu dan tujuh pria lainnya serta perlakuan Densus 88 terhadap ibu Aisyah Baraja dan ibu Muslikhah.
Awalnya mobil rombongan ustadz Abu dan pengawal memasuki kota Banjar pada pukul 07.30 WIB, setelah kedua mobil yang membawa ustadz Abu (kijang Krista) dan pengawal (Nissan Terrano) dipaksa masuk ke kantor polisi Banjar, langsung kedua mobil dikepung banyak anggota Densus 88 sambil menggedor-gedor mobil.
Sopir ustadz Abu bernama Sartono mengatakan kepada penumpang agar mengunci semua pintu, "Tutup pintunya umi, jangan dibuka", kata Sartono seperti ditirukan ibu Muslikhah. Kemudian Densus 88 berteriak-teriak, "buka pintu-buka pintu", karena yang didalam mobil tidak mau menyerahkan diri begitu saja maka Densus 88 mulai memecahkan kaca depan bagian kanan, juga kaca tengah bagian kanan namun kaca bagian tengah tidak sampai pecah, hanya sekedar retak-retak.
Setelah memecah kaca depan, kemudian pintu dibuka dan sopir ustadz Abu ditarik keluar dan langsung ditiarapkan, diinjak-injak dan ditendangi setelah itu baru diborgol tangannya. Begitu juga pengawal ustadz Abu yang duduk dibagian belakang, dia ditarik keluar dari jendela yang kacanya sudah dipecahkan, dan langsung ditiarapkan serta diborgol, seperti yang dijelaskan ibu Muslikhah.
Sedang proses mengeluarkan ustad Abu Bakar, seperti yang diceritakan ibu Muslikhah, ustadz dipegang tangannya oleh petugas dari Densus 88 dan ditarik keluar.
Salah seorang petugas Densus 88 kemudian menodongkan senjata laras panjang kepada ustadz Abu sambil mengatakan, "Saya tembak kamu!!"
Melihat ditodong seperti itu, ustad Abu Bakar marah dan mengejar petugas Densus 88 yang menteror beliau tadi. "Ustad Abu Bakar benar-benar marah pada saat itu," kata ibu Muslikhah.
Ba'asyir bahkan mengejar petugas Densus 88 tersebut sambil mengatakan, "Saya doakan kamu dilaknat sama Allah, saya doakan polisi dilaknat sama Allah!!" setelah itu petugas lain memegangi ustad Abu Bakar yang sudah sepuh ini agar tidak mengejar petugas yang menodongkan senjatanya tadi.
"Saya baru kali ini melihat ustadz Abu Bakar benar-benar marah," kata ibu Muslikhah.
Menurut Umi Icun (sapaan akrab Aisyah Baraja) itulah saat beliau terakhir bertemu ustadz Abu Bakar, beliau kemudian menghampiri suaminya dan bersalaman, disini ustadz Abu Bakar Ba'ayir mengatakan kepada istrinya agar bersabar. Setelah itu ustad Abu dibawa ke mobil minibus yang berisi petugas Densus 88 dan dibawa pergi.
Kemudian Umi Icun dan ibu Muslikhah dibawa ke dalam kantor polisi Banjar tersebut. Mereka dimasukkan kedalam ruang tamu dan dimintai identitas diri. Ibu Muslikhah sempat berdialog dengan polwan yang memintainya keterangan, "Mbaknya ini Muslim kan?" lalu dijawab oleh polwan tersebut, "iya, saya Muslim bu," kemudian ibu Muslikhah melanjutkan, "seharusnya mbak ini tahu siapa itu ustadz Abu, ustadz itu seorang mubaligh. Beliau bukan perampok, beliau bukan penjahat, beliau bukan koruptor, kenapa ditangkap dengan cara kasar seperti ini?"
Memperoleh pertanyaan yang bertubi-tubi, si polwan hanya diam saja.
Mereka berdua akhirnya hanya duduk di ruang tamu tersebut. Menjelang siang hari, ibu Muslikhah mendengar dari ruang sebelah siaran TV One yang berisi wawancara dengan Direktur Ponpes Al Mukmin Ngruki, ustadz Wahyudin (suami ibu Muslikhah), kemudian ibu Muslikhah dan Umi Icun masuk ke ruang sebelah dan ikut menonton televisi. Ibu Muslikhah mengatakan, "itu suami saya yang di tv, saya mau mendengarkan dulu sebentar," serunya.
Keduanya pun berdua duduk untuk menyimak berita di tv. Tak berselang lama, tiba-tiba listrik dimatikan agar mereka tidak mendapat akses informasi.
Kemudian keduanya memilih kembali ke ruang tamu sambil menunggu proses selanjutnya. Sekitar pukul 15.00 WIB, umi Icun dan ibu Muslikhah kemudian diperbolehkan pulang, lalu mereka memilih diantarkan ke sebuah pondok di Ciamis, Ponpes Nurus Salam.
Dan dari ponpes tersebut, malamnya selepas sholat Isya', mereka berdua diantar pulang ke Solo oleh pengurus JAT Jawa Barat, ustadz Yoyok. Sekitar pukul 05.00 WIB selepas Subuh mereka sampai ke pondok Ngruki dan pulang ke rumah di dalam kompleks pondok tersebut.
Semoga Allah memberikan ketabahan kepada Ustadz, Abu Bakar Ba'asyir dan keluarganya serta ketabahan kepada para pemuda yang turut ditangkap Densus 88. (Ahmad Zaky, MuslimDaily Solo)
Setelah memecah kaca depan, kemudian pintu dibuka dan sopir ustadz Abu ditarik keluar dan langsung ditiarapkan, diinjak-injak dan ditendangi setelah itu baru diborgol tangannya. Begitu juga pengawal ustadz Abu yang duduk dibagian belakang, dia ditarik keluar dari jendela yang kacanya sudah dipecahkan, dan langsung ditiarapkan serta diborgol, seperti yang dijelaskan ibu Muslikhah.
Sedang proses mengeluarkan ustad Abu Bakar, seperti yang diceritakan ibu Muslikhah, ustadz dipegang tangannya oleh petugas dari Densus 88 dan ditarik keluar.
Salah seorang petugas Densus 88 kemudian menodongkan senjata laras panjang kepada ustadz Abu sambil mengatakan, "Saya tembak kamu!!"
Melihat ditodong seperti itu, ustad Abu Bakar marah dan mengejar petugas Densus 88 yang menteror beliau tadi. "Ustad Abu Bakar benar-benar marah pada saat itu," kata ibu Muslikhah.
Ba'asyir bahkan mengejar petugas Densus 88 tersebut sambil mengatakan, "Saya doakan kamu dilaknat sama Allah, saya doakan polisi dilaknat sama Allah!!" setelah itu petugas lain memegangi ustad Abu Bakar yang sudah sepuh ini agar tidak mengejar petugas yang menodongkan senjatanya tadi.
"Saya baru kali ini melihat ustadz Abu Bakar benar-benar marah," kata ibu Muslikhah.
Menurut Umi Icun (sapaan akrab Aisyah Baraja) itulah saat beliau terakhir bertemu ustadz Abu Bakar, beliau kemudian menghampiri suaminya dan bersalaman, disini ustadz Abu Bakar Ba'ayir mengatakan kepada istrinya agar bersabar. Setelah itu ustad Abu dibawa ke mobil minibus yang berisi petugas Densus 88 dan dibawa pergi.
Kemudian Umi Icun dan ibu Muslikhah dibawa ke dalam kantor polisi Banjar tersebut. Mereka dimasukkan kedalam ruang tamu dan dimintai identitas diri. Ibu Muslikhah sempat berdialog dengan polwan yang memintainya keterangan, "Mbaknya ini Muslim kan?" lalu dijawab oleh polwan tersebut, "iya, saya Muslim bu," kemudian ibu Muslikhah melanjutkan, "seharusnya mbak ini tahu siapa itu ustadz Abu, ustadz itu seorang mubaligh. Beliau bukan perampok, beliau bukan penjahat, beliau bukan koruptor, kenapa ditangkap dengan cara kasar seperti ini?"
Memperoleh pertanyaan yang bertubi-tubi, si polwan hanya diam saja.
Mereka berdua akhirnya hanya duduk di ruang tamu tersebut. Menjelang siang hari, ibu Muslikhah mendengar dari ruang sebelah siaran TV One yang berisi wawancara dengan Direktur Ponpes Al Mukmin Ngruki, ustadz Wahyudin (suami ibu Muslikhah), kemudian ibu Muslikhah dan Umi Icun masuk ke ruang sebelah dan ikut menonton televisi. Ibu Muslikhah mengatakan, "itu suami saya yang di tv, saya mau mendengarkan dulu sebentar," serunya.
Keduanya pun berdua duduk untuk menyimak berita di tv. Tak berselang lama, tiba-tiba listrik dimatikan agar mereka tidak mendapat akses informasi.
Kemudian keduanya memilih kembali ke ruang tamu sambil menunggu proses selanjutnya. Sekitar pukul 15.00 WIB, umi Icun dan ibu Muslikhah kemudian diperbolehkan pulang, lalu mereka memilih diantarkan ke sebuah pondok di Ciamis, Ponpes Nurus Salam.
Dan dari ponpes tersebut, malamnya selepas sholat Isya', mereka berdua diantar pulang ke Solo oleh pengurus JAT Jawa Barat, ustadz Yoyok. Sekitar pukul 05.00 WIB selepas Subuh mereka sampai ke pondok Ngruki dan pulang ke rumah di dalam kompleks pondok tersebut.
Semoga Allah memberikan ketabahan kepada Ustadz, Abu Bakar Ba'asyir dan keluarganya serta ketabahan kepada para pemuda yang turut ditangkap Densus 88. (Ahmad Zaky, MuslimDaily Solo)