Home » » Kebangkitan Muslimah Tak Memerlukan Emansipasi Apalagi Feminisme!

Kebangkitan Muslimah Tak Memerlukan Emansipasi Apalagi Feminisme!

Written By Unknown on Kamis, 20 Juni 2013 | 21.24

 Merasuknya ide-ide emansipasi dan feminisme ke dalam berbagai sektor kehidupan ummat Islam Indonesia semakin hari semakin terasa dampak buruknya. Kesetaraan gender yang dikehendaki oleh kaum feminis dan penggiat emansipasi menggerus konsep nilai dan tatanan sosial yang telah Allah gariskan bagi lelaki dan perempuan dalam Islam. Penyusupan ini demikian kentara dalam ranah akademik, politik praktis, dan kehidupan sosial-ekonomi di negeri berpenduduk muslim terbesar ini.
Keadaan diatas menggerakkan kawan-kawan muslimah dari Asrama Putri Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) menggelar sebuah seminar bertajuk “Kebangkitan Perempuan Tanpa Emansipasi-Feminisme”. Seminar yang berlangsung hangat pada hari Rabu, 22 Mei 2013 ini menghadirkan dua orang narasumber yang memang dikenal sebagai aktivis Muslimah yang concern mengkritisi dan membendung ide-ide feminisme. Mereka adalah Dr. Dinar Dewi Kania, yang merupakan Direktur Eksekutif Centre of Gender Study (CGS) dan peneliti dari Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization(INSISTS) dan Dr. Erma Pawitasari, pengasuh Rubrik Konsultasi Pendidikan dalam Tabloid Suara Islam dan Direktur Andalusia Islamic Education and Management Services (AIEMS).

Dalam seminar ini Dr. Dinar Kania memaparkan lebih jauh mengenai seluk beluk gerakan feminisme dan perkembangannya juga dampak yang ditimbulkan ketika ide ini menyusup dalam ranah konsep dan tatanan sosial kaum Muslimin. Beliau memberikan konklusinya, ”Umat Islam seharusnya lebih cerdas dan kritis dalam menyikapi agenda-agenda feminisme yang sering kali disusupkan melalui program pemberdayaan perempuan. Kemunduran yang dialami umat Islam saat ini tidak dapat diselesaikan dengan mengadopsi mentah-mentah pemikiran Barat, apalagi dengan memaksakan syariat Islam agar tunduk kepada pemikiran tersebut. Gerakan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan perempuan adalah dengan kembali meneladani para muslimah di jaman keemasan Islam, bukan malah menjiplak pemikiran dan gaya hidup perempuan Barat yang kebablasan.”

Sementara Dr. Erma Pawitasari memberikan pemaparan tentang Peran Muslimah dalam Ruang Publik, beliau menyimpulkan, “Islam telah memberikan petunjuk secara jelas mengenai hukum aktivitas muslimah dalam ruang publik beserta prioritas amal baginya. Islam tidak hanya memperbolehkan wanita beraktivitas di ruang publik, adakalanya Islam justru mewajibkan yakni ketika posisi tersebut mengharuskan kehadiran wanita. Namun, tugas ini tidak dapat digeneralisir. Ada prioritas mengenai wanita mana yang lebih terbebani suatu kewajiban atas kewajiban lainnya. Prioritas ini dilihat dari kondisi masing-masing individu, sebab Allah memang menciptakan perbedaan-perbedaan pada hambaNya agar manusia dapat saling mengisi dan membantu.”

Seminar yang berlangsung di Aula UIKA ini cukup menarik perhatian para mahasiswi, terbukti bangku yang disediakan panitia untuk peserta perempuan terisi hingga baris terakhir. Para audiens pun terlihat antusias menyimak pemaparan narasumber, suasana semakin bertambah hangat ketika memasuki sesi tanya-jawab.  Beberapa kali gema takbir dan tepuk tangan membahana ketika terlontar statemen-statemen menyentil dan kritis dari para pembicara.

Semoga langkah kawan-kawan muslimah dari Asrama UIKA dalam membendung ide-ide godless semacam feminisme ini tak berhenti di sini, karena memang diperlukan follow up yang serius dan berkesinambungan sebagaimana musuh-musuh Islam pun memerlukan waktu yang tidak sebentar dalam memasarkan dan menyusupkan ide-ide rusaknya hingga  kini mereka menuai beberapa keberhasilan.
(esqiel/muslimahzone.com)
Share this article :
 
Copyright © 2013. Wanita Muslim - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger