Home » » Mahasiswa Muslim SSCC Perjuangkan Makanan Halal di Kampus

Mahasiswa Muslim SSCC Perjuangkan Makanan Halal di Kampus

Written By Unknown on Kamis, 02 Desember 2010 | 07.42

Foto: West Seatlle Herald
SEATTLE – Lebih dari 5.000 mahasiswa purna waktu di Perguruan Tinggi Komunitas Seattle Selatan (South Seattle Community College – SSCC), ratusan mungkin lebih, adalah mahasiswa Muslim, mematuhi hukum makanan Islam, dan mengkonsumsi hanya makanan halal. Menu-menu halal memiliki kesamaan dengan makanan kosher untuk konsumsi di dalam hukum makanan Yahudi.

Kafetaria kampus tersebut termasuk dua restoran, sebuah pujasera dan bakery, namun tidak menawarkan makanan halal. Para mahasiswa Muslim harus membungkus makanan dalam kantung coklat tersendiri dari rumah, makan di luar kampus, atau memilih dari pilihan yang terbatas seperti buah-buahan, tuna dan makanan ringan.

"Cukup!" kata beberapa mahasiswa, keduanya Muslim dan non-Muslim, yang percaya bahwa tidak adil menerima sebuah menu makanan yang adalah haram atau dilarang, bagi keyakinan agama mereka dan akan segera menyebarkan sebuah petisi mengumpulkan tandatangan, mewakili fakultas untuk SSCC menawarkan sebuah pilihan menu halal. Seperti daging sapi kosher dan halal harus disembelih dan pendarahan dalam sebuah cara tertentu, dan tidak ada daging babi, termasuk gelatin dari kulit babi yang diperbolehkan. Ini berarti tidak ada Sereal Rice Krispees dan marshmallow. Tambahan lagi, alkohol untuk diminum dan dimasak bersama makanan adalah hal yang tabu.

"Saya dulunya tinggal di Tukwila dan membutuhkan waktu 30 menit menyetir dan, 40 menit jika dengan bus untuk mencapai sekolah," kata Masara Hamam, yang sekarang adalah seorang warga High Point dan mahasiswa purna waktu tahun kedua yang mempelajari bisnis. "Seperti kebanyakan mahasiswa Muslim, saya tidak dapat pulang hanya untuk makan siang. Masih terlalu jauh untuk pergi pulang. Saya dapat membeli makanan ringan di kafetaria namun saya menghabiskan lima sampai tujuh jam di kampus. Saya dapat membeli buah-buahan di sana, namun saya tidak bisa hanya memakan buah-buahan setiap hari. Saya belajar sepanjang waktu, dan saya ingin makan daging."

Hamam adalah seorang anggota Asosiasi Mahasiswa Muslim di kampus dan menyelenggarakan petisi untuk berkampanye untuk memaksa tangan-tangan fakultas menyediakan sebuah gerai di kafetaria secara eksklusif menyajikan makanan halal. Ia mengatakan bahwa non-Muslim juga dapat menikmatinya, dan akan membeli makanan halal, dan perangkat makanan dan piring-piring yang menyajikan makanan non-halal dapat juga meyajikan makanan halal ketika sudah dicuci. Ia percaya bahwa cukup banyak mahasiswa akan membeli dari sebuah konter halal untuk membenarkan adanya pengeluaran tambahan.

"Saya pikir mereka seharusnya memperkerjakan orang lain lagi atau dua orang di kafetaria," Hamam mengatakan. "Mereka tidak harus melatih orang tersebut. Mereka cukup hanya memperkerjakan seseorang yang terlatih atau terdidik tentang makanan halal. Saya pikir untuk melatih ulang seorang mahasiswa kuliner akan menjadi lebih mahal bagi mereka. Mereka tidak harus membuka keseluruhan kelas tentang makanan halal jika mereka memperkerjakan dari luar sekolah."

SSCC memanfaatkan mahasiswa kulinernya untuk dilatih dalam masakan tradisional Eropa untuk memasak dan menyajikan makanan di kafetaria.

"Saya memulai sebuah stan mahasiswa untuk menyediakan informasi umum bagi para siswa, dan saya dapat mendidik para mahasiswa tentang makanan halal dan mengumpulkan tanda tangan," kata Ikran Ismail seorang Muslim kelahiran Somalia, yang sekarang adalah seorang penghuni White Center dan mahasiswa tahun kedua di SSCC yang tumbuh besar di Seattle. Ia adalah seorang wakil presiden dari Asosiasi Mahasiswa Muslim dan, seperti halnya Hamam, juga percaya bahwa sekolah tersebut harus menyewa satu atau lebih para koki halal.

"Sulit untuk menjaga jalur dari bagaimana banyak mahasiswa Muslim di sini berada di SSCC karena mereka tidak menanyakan apa agama Anda ketika mengumpulkan statistik," kata Ikran. Ia mengatakan bahwa setelah tanda tangan tersebut terkumpul ia akan memberikan kepada pihak fakultas.

"Saya presiden dari Komite Keanekaragaman dan penyimpanan, dan telah mengatur pertemuan dengan presiden sekolah," ia mengatakan.

"Kampus ini adalah salah satu dari perguruan tinggi dengan komunitas yang beraneka ragam di negara bagian tersebut, dan saya berusaha untuk membawa lebih banyak kesadaran kepada para mahasiswa untuk mendidik mereka dan membantu mereka menghindari menstereotipkan Muslim," Ismail mengatakan. "Ketika mahasiswa Amerika berpikir kebudayaan Muslim yang mereka lihat adalah pakaian dan makanan. Mahasiswa Amerika ingin mengetahui mengapa para wanita Muslim mengenakan jilbab dan menyembunyikan bagian tubuh mereka. Banyak mahasiswa yang bahkan tidak mengetahui apa itu halal."

Michael Ryan tahu. Ia adalah Dekan dari Restoran dan Pekerjaan Layanan di SSCC dan, sementara bukan seorang koki yang terlatih, telah memiliki pengalaman manajerial selama 17 tahun menjalankan restoran. Ia bekerja di hotel-hotel Edgewater, Mayflower Park, Hilton dan Sheraton.

Bagian dari program kuliner kami termasuk metode produksi kanan Perancis klasik yang membutuhkan begitu banyak mentega, daging hewan buruan, daging babi dan makanan lain yang tidak akan termasuk dalam halal," Ryan mengatakan.

"Hanya karena makan tersebut adalah nasi Pilaf (nasi bumbu khas Turki dimasak dengan kaldu) bukan berarti nasi tersebut halal," ia mengatakan tentang aturan-aturan dari nuansa menu tersebut. "Orang-orang yang hanya makan makanan halal benar-benar serius tentang hal ini. Jika seorang mahasiswa kuliner membuat kesalahan dalam menyajikan makanan yang kami tawarkan, ini bukanlah sebuah masalah yang besar. Anda mungkin tidak menyukai jamur yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam sup, contohnya. Namun ketika ini mengenai makanan halal Anda tidak ingin seorang Mahasiswa melakukan kesalahan dan ada seseorang yang memakan sesuatu yang seharusnya dilarang. Kami benar-benar sensitif pada fakta bahwa kami tidak dapat melakukannya dengan benar secara konsisten, dan melakukannya dengan baik, kami tidak ingin menyinggung seseorang dengan hanya mencoba-coba."

Ryan mengatakan bahwa tidak cukup ruang untuk dengan benar menyimpan daging-daging halal, dan, ia menambahkan, "Kami tidak dapat menjamin menghindari kontaminasi menyilang. Kami memiliki sebuah lingkungan pembelajaran. Sekolah independen kuliner untuk keuntungan dapat memiliki 20 mahasiswa dan satu guru dan mereka semua membuat sebuah makanan yang enak. Di sini, kami membuat 40 sampai 100 makanan per hari, dan fokus pada produksi untuk memberikan para mahasiswa sebuah pengalaman dunia yang sebenarnya. Kami dipersiapkan untuk memberi makan ribuan mahasiswa per hari.

"Kami meningkatkan tawaran kami tentang produk halal, vegetarian, dan Asia tahun lalu dan produk tersebut berporsi begitu sedikit dari keseluruhan penjualan, dibanding sebuah peningkatan besar dalam pengeluaran dan upaya, yang secara komersial tidak dapat berjalan terus," ia mengatakan. "Setuju bahwa ini adalah sebuah topik yang sangat penting bagi Muslim dan yang lainnya di kampus, namun sayangnya, dari sebuah sudut pandang bisnis, hal ini mewakili sebuah porsi yang sangat kecil dari keseluruhan penjualan dengan sebuah peningkatan yang besar sekali dalam pengeluaran berdasarkan pada cara kami memiliki fasilitas yang diatur baru-baru ini. Kami hanya tidak memiliki ketertarikan konsumen yang penting untuk melakukan hal ini, atau kami tidak memiliki kemampuan tersebut."

Ryan mengatakan bahwa jika ia diberikan sebuah petisi untuk sebuah menu halal dengan ratusan petisi, "Sepenuhnya, saya akan memberikan ide tersebut dengan serius kepada para anggota fakultas." (ppt/wsh) www.suaramedia.com
Share this article :
 
Copyright © 2013. Wanita Muslim - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger